Inuyasha

Rabu, 26 Jun 2013

Cerpen



Oleh : Luvia Chrismonita
Surat Balasan Untuk Andyna

          Saya pernah memiliki seorang sahabat maya bernama Andyna. Ia berada jauh ditempat yang belum pernah saya datangi. Semua berawal dari perkenalan di sarang si burung biru. Melalui twitterlah kami berdua saling berkicau dengan cerita kami masing-masing. Lambat laun saya semakin mengenalnya. Sekitar dua bulan hubungan kami semakin dekat. Kicauan kami mulai mengarah kearah yang lebih dalam layaknya sahabat karib yang sedang saling curhat. Banyak hal yang membuat kami merasa cocok karena beragam kesamaan. Seperti hobi dan lainnya. Bahkan hal yang kita benci pun sama.

          Awalnya tak pernah terbersit angan-angan untuk meminta alamat lengkap rumah gadis yang sering saya penggil dengan sebutan Dindyn. Sampai pada waktu itu, dia ngeDM  saya dengan kalimat “Semoga besok ngga pada lupa ya Git”. Tentu saja saya bingung dengan apa yang ia maksud dengan kata “BESOK” dan “LUPA”. Memangnya besok ada apa? Dan lupa tentang apa?. Ada dua perasaan yang muncul bersamaan, saya penasaran, tapi saya juga sungkan untuk bertanya, takutnya setelah beberapa lama ini kita kenal ia berpikir kalau saya tidak care dengannya. Yaa apa boleh buat dua perasaan yang awalnya bertengkar didalam otak saya, akhirnya mulai rukun. Dan saya memberanikan diri untuk menanyakan maksud sebenarnya dari direct message yang ia kirimkan pada saya. “Din, maksudnya gimana nih?”. Dan ia pun kembali membalas pesan saya “Oh, ternyata kamu juga lupa”. Hufft saya pun semakin bingung. Ada apa ini sebenarnya?. Saya benar-benar penasaran. Kembali saya kirimkan direct message padanya. “Din aku lupa apa? Memangnya besok ada apa?”.  Dia tak kunjung membalas pesan yang kukirimkan. Mungkin dia marah.

          Iseng-iseng saya membuka time line @Andyna22 , disana banyak tweet-tweet bernada sedih iya kicaukan. Bahkan ada inisial saya disalah satu tweetnya. Tak ingin terlalu merasa bingung dan bersalah, saya menghentikan aksi nge-stalk time line miliknya. Namun tak sengaja saya melihat bio di profilnya yang bertuliskan “♥22011993 “. Oh kini sekarang saya paham apa yang Dindyn maksudkan. Besok adalah tanggal 22 Januari 2008, dan artinya besok adalah ulang tahunnya yang ke 15 tahun. Sempat merasa menyesal, kenapa saya tidak peka dengan apa yang ia tulis di bio profil akun twitternya.

          Kembali saya mengirim direct message ke akun ke @Andyna22. “Din maaf, aku ngga peka dengan maksud pesanmu tadi. Jujur saja aku tidak sadar bahwa yang kamu tuliskan di bio akunmu itu adalah hari dimana kamu dilahirkan.”. Tak lama setelah pesan saya untuknya terkirim, ia pun membalasnya. “Akhirnya kamu ingat, hmm gak apa-apa ko Gita, kita kan sahabat. Aku ngga bakal marah ko.”. Akhirnya batin ini pun lega dan sudah tidak penasaran lagi. Saya ingin sekali memberinya kado dihari ulang tahunnya besok. Dengan yakin saya meminta alamat lengkap dimana ia tinggal. Dan akhirnya saya pun tahu kemana kado dari saya akan saya kirim. Hmm ke Jln. Kampung Muara Bahari, no. 9, RT : 2, RW : 3, Kelurahan Muncar, Tanjung Priuk, Jakarta Utara.

          Malamnya sekitar pukul 12 malam lewat saya mengirim pesan untuknya lagi. Sekedar ingin mengucapkan Wilujeng tepang taun padanya. Ia segera membalas pesanku. Padahal saya pikir ia sudah terlelap dalam tidurnya malam ini. Mungkin pada saat itu ia sangat bahagia. Saya pun turut larut dalam bahagia yang Dindyn rasakan dini hari itu.

          Sayang rasa kantuk pun tak bisa tertahankan. Sebenarnya saya masih ingin berbincang dengan sahabat jauh saya itu. Tapi ya, apa mau dikata. Saya rasa mata saya sudah tidak kuat lagi untuk terjaga. Saya yakin Andyna pun memahami itu.

          Esok paginya saya bangun dengan penuh semangat dan keceriaan. Ingin saya langsung saja bergegas membeli sebuah kado sederhana untuk Dindyn yang hari ini sedang berulang tahun. Tapi rasanya tidak mungkin. Sebelum membeli kado, saya harus menyiapkan diri saya terlebih dahulu dengan mandi, dan lain sebagainya. Usai saya bersiap, tentu saja saya langsung berangkat untuk membeli kado yang tepat untuk Dindyn sahabat saya.

          Setelah lama saya mencari dan memilih, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada sebuah buku harian bergembok bergambar dua ekor beruang yang sangat lucu. Saya berharap Andyna akan senang menerimanya. Tanpa banyak pikir segera saya membeli buku harian bergembok itu dan membungkusnya dirumah.


          Sesampainya saya dirumah segera saya bungkus buku bergembok itu sedemikian rupa sehingga akan terlihat lebih cantik, *niat saya*. Namun sebaliknya kado saya terlihat seperti seonggok sampah. Padahal bakat yang saya miliki telah saya keluarkan seluruhnya.

          Bungkusan kado yang berisi buku bergembok itu akan saya kirim sorenya. *mungkin saya harus membungkusnya ulang*.  Saya sangat berharap buku bergembok itu akan menjadi tempat curahan hati Dindyn. Karena saya tahu Dindyn amat suka menulis cerita-cerita tentang dirinya sendiri.

          Saya torehkan tinta dari pena saya pada selembar kertas pengiring kado yang akan saya berikan pada Dindyn. Pada selembar kertas itu saya menulis Ucapan selamat ulang tahun dan doa sederhana untuknya. Di bagian bawah surat yang akan saya masukkan dalam kado yang akan saya bungkus ulang itu saya tuliskan “soryy kadonya agak telat, ya maklum TIKI Tak lupa saya menuliskan pula alamat rumah Dindyn. Dan saya berharap kado ini tidak nyasar.

*OTW kantor pos*

          *lalalalala*
          Di sela-sela menunggu proses penimbangan dan blablabla, saya menyempatkan diri untuk membuka twitter melalui blackberry saya. Wuhuu ternyata ada direct message dari @Andyna22 . “Gita, hari ini aku dapat banyak ucapan, doa, dank ado dari orang-orang yang aku sayang. Aku sangat senang Git.”. Entah kenapa saya pun turut senang membacanya. “ciiee..ciee”. Tak lama ada DM lagi darinya. “Ternyata mereka semua tidak lupa Git.”. Saya membalasnya dengan yakin. “Tentu saja Din, tidak mungkin mereka melupakan hari ulang tahunmu”. Andyna membalas. “Git, kamu tahu ngga? Kamu loh yang pertama ngucapin selamat ulang tahun ke aku. Aku sayang banget Git sama kamu”. Saya tidak menyangka Andyna mengucapkan AKU SAYANG BANGET Git SAMA KAMU. So sweet. Tentu saja aku sangat ingin membalasnya. “I love you too Din. Although we are far away, but we’ll still be friends.”. Ia kembali membalas. “I really want to meet you, see your face, and hug you. Hopefully destiny on our side, so we can meet.”. Jujur saya tidak terlalu paham. Kemampuannya berbahasa kompeninya lebih hebat dibandingkan kemampuan saya.

          Tak lama, pak pos menghampiri saya dan mengatakan bahwa proses sudah selesai. Saya pun membayar biaya pengirimannya dan bergegas pulang. Semoga saja paketan kado itu cepat sampai dan TIDAK NYASAR.
          *Tiga hari kemudian.*
Pagi sekitar pukul delapan empat puluh lima, ada seseorang berseragam oranye menghentikan motornya dihalaman rumah saya. Apa mungkin beliau petugas pemadam kebakaran?. Tapi kenapa ia membawa surat. Oo ternyata beliau petugas POS yang mengantarkan surat untuk saya. Ternyata surat itu dari Andyna. Itu artinya paketan saya tidak telat sampai. Tentu saya sangat senang. Sayang sekali saya belum bisa membalas surat dari Andyna itu, karena saya sedang mengemasi barang-barang saya yang akan saya bawa pergi merantau menimba ilmu di pulau seberang. Malam ini saya berangkat bersama Ayah dan Ibu saya dari Tulungagung ke pulau Sulawesi tepatnya Manado, Sulawesi Utara. Dan pasti siang dan sorenya saya sangat sibuk.

Surat dari Dindyn pun saya siapkan dimeja yang ada di kamar saya. Saya berniat membawanya pergi merantau ke pulau seberang.

Sore menjelang malam saya berangkat dari Tulungagung tercinta menuju pakiran dan landasan pacu si capung besar. Sesampainya di Bandara, barulah saya ingat bahwa surat dari Dindyn tertinggal di meja yang ada di kamar saya. Tak mungkin jika saya mengajak Ayah dan Ibu kembali ke rumah hanya untuk sekedar mengambil sepucuk surat yang lupa aku bawa. Menyesal, pasti. Di saat yang sama ternyata twitter saya pun kena wabah suspend dan alamat Dindyn masih berada pada folder DM twitter saya @GitaAyana yang kini sudah tidak bisa dibuka, sedih rasanya.

Di Bandara saya hanya bisa menangis terisak. Berpikir, apakah ini akhir dari persahabatan kami?.  Pasti Dindyn pun kecewa karena saya tak membalas suratnya. Jangankan membalas, saya bahkan belum sempat membacanya.

Sesampainya saya di rumah Ayah dan Ibu di Manado, saya mencoba membuat akun twitter baru (@GitaAyana2) dan mencoba pula memfollow twitter Dindyn. Aku tak mengerti mengapa saat saya mengetikkan “@Andyna22” tidak ada satu result pun yang muncul, apakah usernamenya tdiganti?. Oh Tuhan mengapa dewi fortuna enggan mendekat pada saya. Saya menyerah, saya putus asa. Saya rasa saya harus melupakan Andyna, dan mengahpus semua khayalan yang tak mungkin bisa terwujud.

Saya mulai bangkit melanjutkan hidup saya. Dan kini saya sudah mulai sekolah di SMAN 1 Amurang sebagai siswi kelas 10 yang baru saja melaksanakan kegiatan MOS. Saya berusaha merajut masa-masa indah lain bersama teman-teman saya di sekolah saya ini. Dan berhasil. Saya berhasil sedikit demi sedikit melupakan Dindyn.

Tiga tahun pun berlalu cepat dan indah. Saya sudah lulus SMA. Kini saya berniat untuk pulang ke Tanah Jawa, karena saya ingin melanjutkan kuliah di salah satu Universitas di Jawa Timur.

Rindu kampung halaman, ya sudah barang tentu saya rasakan. Ingin kembali merasakan suasana tenang di Tulungagung tercinta. Semua surat-surat dan barang-barang sudah kami kemas untuk kepindahan saya, Ayah dan Ibu. Saya mersa sudah tidak sabar lagi untuk kembali tinggal di Tulungagung. Meskipun saya juga merasa berat meninggalkan Manado yang keren ini.

20 Agustus 2011 saya berangkat, atau lebih tepatnya pulang ke kampung halaman saya di Tulungagung. Perjalanan paling lambat satu hari.  Di dua sisi yang berbeda saya juga merasakan perasaan yang berbeda pula. Senang dan sedih. Tapi ya memang ini lah kehidupan. Tidak akan sempurna jika tidak ada dua sisi yang berlawanan arah, saling menlak seperti dua kutub magnet yang sama.

Sampai di Tulungagung saya tak langsung pulang ke rumah lama saya, namun saya mampir ke toko kelontong milik tetangga saya untuk sekedar membeli permen lilipop dan menyampaikan salam kangen. Sementara Ayah dan Ibu langsung pulang untuk menaruh barang-barang dan membersihkan rumah yang kita tinggalkan selama tiga tahun.

          Setelah menyempatkan diri untuk membeli lollipop, saya bergegas pulang, sebelum masuk rumah, tak lupa saya mengucap salam. Lalu saya dengan girang berteriak-teriak di dalam rumah. Kemudian saya masuk ke dalam kamar saya yang telah lama tak terpakai. Masih dalam keadaan yang sama. Dan saya sangat menyukainya. Terus memandang dengan seksama segala seluk beluk kamar tidur saya dulu.


          Dan saya teringat pada satu benda……                                      Surat dari Dindyn sahabat maya saya. Saya melihatnya. Tepat di depan saya. Di atas meja. Tak sadar eluh mulai mengalir menuju hilir pipi. Surat usang dari sahabat maya. Mulai saya buka surat itu dengan keadaan tangan bergetar. Saya membacanya sambil terisak.
******
Inilah ternyata isi surat dari Andyna.
                                                                                       Jakarta, 25 Juni 2008
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Hai Gita !!
Gita, terimakasih atas kado ulang tahun yang kamu berikan padaku, aku sangat menyukainya. Buku hariannya akan aku pakai Git. Dan walaupun tiap-tiap halamannya kelak akan penuh dengan cerita yang aku tuangkan melalui tinta pena oleh tanganku, aku akan menyimpannya. Aku janji aku akan menyimpannya dengan baik. Karena aku sayang banget sama kamu. Git, segni dulu ya suratku kali ini. Aku berharap kamu akan membalasnya.                                                                                                                                              Andyna Alifia Zahra
          Saya menangis. Saya sedih karena telah membuat Andyna kecewa. Tanpa banyak pikir saya segera mengambil secarik kertas beserta pena dan segera membeli amplop surat. Saya menuliskan Surat Balasan Untuk Andyna.



                                                                   Tulungagung, 21 Agustus 2011
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Hai juga Dindyn !!
Maafkan aku baru sempat membalas suratmu. Maafkan aku, baru bisa membaca suratmu hari ini pula. Din, waktu suratmu sampai ke rumahku, waktu itu pula aku akan pergi merantau ke tanah Sulawesi untuk bersekolah. Sekarang aku sudah lulus Din, dan sekarang aku juga sudah pulang. Din apakah kamu berpikir hal yang sama denganku? Bahwa ini takdir. Surat ini tiga tahun berada dikamarku karena aku lupa membawanya..
Aku tahu kalau saat ini kamu masih kecewa denganku, tapi aku tahu pula kalau saat ini kamu masih sayang denganku. Dan aku sangat bahagia bisa mengenalmu walau hanya sebatas lewat cara seperti ini.
Din sekarang akun twitter @GitaAyana sudah tidak aku pakai lagi karena kena suspend. Sekarang aku punya akun baru Din @GitaAyana2, sewaktu aku ingin memfollow twittermu aku tidak menemukan satu result pun Din. Aku pikir kamu mengubah usernamemu. Saat itu aku sangat sedih. Kalau bisa aku ingin kembali seperti dulu. Saling berkicau tentang cerita kita masing-masing sama kamu di twitter. Aku sayang kamu Din….. bye!!
                                                                                      Gita Ayana Azafika
          Saat itu saya bergegas menuju kantor pos sambil tetap menangis terisak haru. Tanpa pamit saya berlari sekencang mungkin. Saya menginginkan agar surat ini cepat sampai ke rumah Dindyn. Saya memilih pengantaran kilat, meskipun saya tahu biayanya sedikit lebih mahal. Ini demi sebuah persahabatan.
          Kata pak Pos, surat ini akan sampai besok pagi. Pak Pos sudah berjanji akan hal itu. Saya pun mulai tenang. Saya berharap pula dapat segera menerima balasan dari sahabat mayaku itu.

*satu minggu kemudian*
          Seperti pada waktu saya hendak berangkat ke Manado tiga tahun yang lalu, ada seorang pria berbaju oranye yang menghentikan motornya di halaman rumah saya. “Pak Pooossssss., itu surat untukku kah? Kenapa ada paketnya juga?”. Pak Pos pun menjawab “Ini untuk Gita Ayana”. Saya pun sangat bersemangat untuk membacanya dan tak mau lagi menundanya. “Mana pak? Saya Gita Ayana. Itu surat dari Jakarta kan?” Tanya saya penuh semangat. Pak Pos pun menjawab. “Oo, benar ini dari Jakarta, silakan ini surat dan paketnya, dan mohon tanda tangan disini”. Segera saya torehkan goresan tangan saya di kertas milik Pak Pos itu.
          Pertama yang saya buka adalah paketan itu, saya penasaran sekali apa isinya……….
          Dan ternyata isinya adalah buku harian Andyna, buku harian bergembok lengkap dengan kuncinya yang pernah saya berikan padanya sebagai kado ulang tahunnya. Saya bingung apa maksudnya. Kenapa buku ini dikembalikan? Bukannya ia pernah mengatakan bahwa akan menyimpan buku ini selamanya? Apakah kini ia membenci saya?
          Perlahan mulai saya buka amplop surat balasan dari Andyna itu. Saya baca surat itu dengan seksama kata demi kata yang tertulis pada sepucuk surat itu. Begitu saya membacanya, rasanya seperti tersambar petir disiang bolong.

                                                                             Jakarta, 28 Agustus 2011
Kepada : Gita Ayana
Assalamuallaikum. Wr. Wb.
Mohon maaf sebelumnya. Orang yang membalas surat Dik Gita bukan Andyna melainkan Bundanya. Andyna sudah meninggal tiga tahun yang lalu dikarenakan sakit kanker cebrum. Andyna menitipkan pesan pada saya, jika Dik Gita membalas surat Andyna, saya harus menyampaikan hal ini pada Dik Gita. Andyna sangat menyayangi Dik Gita, karena menurut Andyna, Dik Gita adalah sahabat terbaiknya. Andyna juga menitipkan buku harian kado dari Dik Gita untuk dikembalikan  pada Dik Gita. Sekian surat balasan ini.

                                                                                                Nurma Sulastri

          Rasanya seperti dicekik. Seakan tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun dari mulut. Hanya eluh yang berbicara menceritakan kepada keadaan bagaimana perasaan hancur yang saya rasakan.
          Saya mencoba menulis pada secarik kertas sebagai Surat Balasan untuk titipan pesan Andyna. Surat balasan kali ini hanya tertuliskan.

“Andyna aku sayang kamu. Aku dan kamu akan menjadi sahabat selamanya, Din jangan lupa baca surat singkatku ini ya, meski kamu sekarang sudah tak berada di dunia, namun aku yakin diatas sana kamu bisa membaca tulisanku ini.”
*****
TAMAT…..

Tiada ulasan:

Catat Ulasan